Puisi “Ulama Durna Ngesot Ke Istana” karya M. Shoim Anwar

 Kritik Puisi “Ulama Durna Ngesot Ke Istana” karya M. Shoim Anwar

 

Puisi selalu menggungkapkan semua keresahan yang menceritakan semua perjalanan seorang penulis kemudian dituangkan dalam sebuah bait-bait puisi dengan diksi yang indah. Makna dalam puisi tersebut terdapat keanehan dalam penyalagunaan gelar untuk kepentingan pribadi. Sebuah tokoh yang menceritakan suatu ulama yang menggandaikan gelarnya kepada pemerintahan demi keuntungan dan kepentingan salah satu pihak. Berdasarkan bentuknya puisi tersebut terdiri dari empat bait, yang diawali dengan kata “lihatlah” dan rima yang cukup seragam yakni “a” dan “h”. Berikut uraian makna dalam tiap bait:

Dalam bait pertama terdapat tokoh ulama Durna yang sedang menjilat agar mendapatkan keuntungan dalam kekuasaan yang dianggap penting untuk menyombongkan diri. Dalam puisis tersebut juga menyuguhkan beberapa diksiyang membuat suatu kebernaran sehingga memiliki tingkah laku dianggap benar. Uraian makna terdapat pada bait pertama.

Dalam bait kedua juga memiliki makna ulama dengan para pengikutnya juga menghakimi semua orang yang dianggapnya musuh.

Dalam bait ketiga memiliki makna untuk membuat memperkeruh suatu suasana, para pengikutnya yang selalu diciptakan oleh pemerintahan yang kurang memiliki kompeten. Kerusuhan yang diakitbatkan oleh tipu daya oleh semua orang yang memiliki kedudukan yang tidak abadi.

Bait yang terakhir yakni bait keempat, seorang tokoh ulama yang lebih menjadikan umpan oleh beberapa pemerintahan saat memperebutkan kedudukan, tetapi hanya menalami kekalahan.itu semua karena karma yang dia dapat dan keburukan yang mengalami kehancuran yang diterima.

Berdasarkan uraian makna di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang ulama yang menyalagunakan kedudukannya hanya demi penguasa, mereka tidak memikirkan dampak yang akan terjadi dan di terima olehnya. Akhirnya terjadilah kehancuran yang diperoleh dalam perbuatannya yang sangat licik tersebut.

Aktualitas dalam Puisi “Ulama Durna Ngesot Ke Istana” karya M. Shoim Anwar dengan kehidupan saat ini. Durna, tokoh dalam puisi ini sama seperti beberapa ulama di negeri kita saat ini, mereka berlomba-lomba menjerumuskan diri ke dunia politik dengan bekal dalil-dalil yang mereka jadikan senjata untuk mencari pengikut. Berlomba-lomba agar menjadi petinggi negara dengan menghakimi seseorang menggunakan dalil yang dilontarkan dengan cara mencaci. Perpecahan dan kerusuhan justru terjadi karena ulah mereka sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi karya Widji Thukul

Makna ketidakadilan CERPEN "Sulastri dan Empat lelaki" karya M. Shoim Anwar

Mengupas Tentang Video Lagu "Mama Papa Larang" Karya Judika