Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Puisi karya Widji Thukul

 Kali ini kita akan sedikit membahas tentang puisi karya Widji Thukul. Dia adalah sastrawan sekaligus aktivis HAM yang banyak terlibat dalam aksi demonstrasi. Semenjak tragedi 1998 jejaknya menghilang dan tidak diketahui keberadaannya sampai saat ini. Meski sampai sekarang tak jelas keberadaannya, tapi karya-karya Wiji tetaplah hidup. Puisi-puisinya yang keras, menghantam hati penguasa yang mengandalkan ketakutan untuk memeras rakyat. Puisi-puisinya lantang, tak takut dibendung penguasa, tak takut dilibas peluru. Puisi Widji Thukul, adalah simbol perlawanan di zamannya. Coba baca terlebih dahulu puisi dengan judul "Peringatan". PERINGATAN Jika rakyat pergi Ketika penguasa pidato Kita harus hati-hati Barangkali mereka putus asa Kalau rakyat bersembunyi Dan berbisik-bisik Ketika membicarakan masalahnya sendiri Penguasa harus waspada dan belajar mendengar Bila rakyat berani mengeluh Itu artinya sudah gasat Dan bila omongan penguasa Tidak boleh dibantah Kebenaran pasti terancam A

Sebuah Hari Kemenangan

  Tiba saatnya bagi umat Islam menyambut hari kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan penuh. Tepat sekali berkaitan dengan hari kemenangan kita akan sedikit mengulas sebuah karya sastra puisi yang di tulis oleh Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul Idul Fitri. Semua pasti akan sedikit tahu apa makna yang tersirat dalam puisi tersebut dapat menggambarkan sebuah arti kesucian diri atau kembali memulai lembaran baru yang suci dan saling memaafkan.   Baiklah langsung saja kita kupas mulai dari bait pertama kita akan disuguhkan dengan seorang hamba yang meratapi atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya waktu lampau, lalu ia menebus seluruh dosa-dosanya dengan menunaikan perintah Tuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan bait berikut ini. Lihatlah Pedang tobat ini menebas-nebas hati Dari masa lampau yang lalai dan sia Telah kulaksanakan puasa ramadhanku, Telah kutegakkan sholat malam Telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang Telah kuhamparkan sajadah Yang tak h

Mengkubis Puisi-puisi karya Mashuri yang berjudul "Hantu Kolam", "Hantu Musim", dan "Hantu Dermaga"

  Bagi pembaca pasti tidak asing dengan karya sastra yang berbentuk puisi. Puisi kali ini yang kita bahas adalah puisi karya Mashuri. Ada tiga judul puisi yang akan kita bahas yakni “Hantu Kolam”, “Hantu Musim”, dan “Hantu Dermaga”. Bagi orang awam pasti mengartikan judul ketiga puisi tersebut bermakna bayangan-bayangan hantu dalam dimensi berbeda. Agar tidak penasaran dalam ketiga puisi tersebut, mari kita kupas secara singkat. Yukk cus baca Puisinya dulu lalu kita kupas. Selamat Membaca Puisi terlebih dahulu! Puisi 1 Hantu Kolam : plung! di gigir kolam serupa serdadu lari dari perang tampangku membayang rumpang   mataku berenang be rsama ikan-ikan, jidatku terperangkap koral di dasar yang separuh hitam dan gelap tak ada kecipak yang bangkitkan getar dada, menapak jejak luka yang sama di medan lama   segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai matahari aku terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan segalanya tertemali sunyi mungkin…   “