Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Relativisme Kebenaran Dalam Lima Cerpen

Kali ini kita akan membahas tentang sebua karya dari Shoim Anwar. Shoim Anwar merupakan cerpenis sekaligus dosen di salah satu Universitas yang ada di Surabaya, cerpen-cerpen beliau sudah mencakup skala nasional. Cerpen beliau masih relevan dengan persoalan yang terjadi pada saat ini, dengan tinjauan dari berbagai aspek seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, budaya, dan lain-lain. dengan demikian, ada lima cerpen yang akan kita bahas dengan teori relativisme kebenaran yang di kemukakan oleh Sokrates (Shomali, 2011: 63) yang berbunyi, “Oleh sebab itu, karena setiap presepsi secara khusus dengan keberadaanku, maka presepsiku adalah benar bagiku dan, seperti kata Protagoras, aku adalah hakim segala sesuatu yang memang milikku yang ada sebagaimana adanya.” Dikutip dari buku Relativisme Etika karya A.  Shomali, dengan pernyataan tersebut sudah dijelaskan bahwa kebenaran tidak ada yang mutlak, dengan memertimbangkan presepsi dari orang lain dengan presepsi kita jelas memiliki perbedaan yang

Mengupas Tentang Video Lagu "Mama Papa Larang" Karya Judika

 Mama Papa Larang                                                                     Judika Separuh nafasku Ku hembuskan untuk cintaku Biar rinduku Sampai kepada bidadariku Uu-uu Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu Biarkan bumi menolak, 'ku tetap cinta kamu Biar mamamu tak suka, papamu juga melarang Walau dunia menolak, 'ku tak takut Tetap 'ku katakan 'ku cinta dirimu Ohh Karena kamu Bintang di hatiku Takkan ada yang lain Mampu goyahkan rasa cintaku padamu Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu Biarkan bumi menolak, 'ku tetap cinta kamu Biar mamamu tak suka, papamu juga melarang Walau dunia menolak, 'ku tak takut Tetap 'ku katakan 'ku cinta dirimu Sudah jangan kau usik lagi Cinta yang tertanam di hati Akan 'ku bawa sampai mati Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu Biarkan bumi menolak, 'ku tetap cinta kamu Biar mamamu tak suka, papamu juga melarang Walau dunia menolak, 'ku tak takut Tetap 'ku katakan 'ku cinta dirimu Ohh-uu Di

Berbicara Tentang Puisi "Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia" Karya Taufiq Ismail.

 Selamat Membaca dan nikmati setiap irama diksi yang terlontar. Langsung saja kita akan membicarakan tentang puisi yang di tulis oleh sosok sastrawan terkenal yakni Taufiq Ismail.  Sebuah puisi  yang biasanya berisi mengenai bentuk pengungkapan ekspresi penyair berdasarkan ide gagasannya dan dikemas melalui rangkaian diksi yang indah. Pada puisi   Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia , ia menceritakan keluh kesahnya mengenai pengalamannya. Berdasarkan isinya, puisi tersebut sebenarnya membicarakan penggabungan dua masa. Penyair membuat puisi tersebut di tahun 1998 tetapi isinya mengenai pengalaman pribadinya di tahun 1956. Secara tidak langsung jelas menggambarkan bentuk perbandingan masa Orde Lama dan Orde Baru. Pada bait pertama, tokoh aku sebenarnya bangga menjadi orang Indonesia karena negerinya telah berhasil merdeka atas jerih payah sendiri. Baru merdeka selama enam tahun saja sudah diakui oleh dunia, betapa hebatnya Indonesia. Ia juga memiliki sahabat dari luar negeri yang memamhami

Sajak Palsu Karya Agus R. Sarjono

  Dalam blog sebelumnya, kita sudah mempelajari beberapa makna puisi karya Widji Thukul, kini kita akan sedikit mempelajari puisi karya Agus R. Sarjono yang berjudul “Sajak Palsu”. Baiklah, untuk yang masih awam dengan puisi tersebut, saya tunjukkan terlebih dahulu sebelum kita mempelajari yang lebih dalam.               Sajak Palsu Karya: Agus R. Sarjono   Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di   akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merek