Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Kritik Puisi tentang para Ulama dengan judul "Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah"

  Untuk kali ini kita akan membicarakan tentang sebuah puisi yang ditulis oleh M. Shoim Anwar. Puisi tersebut memakai judul “Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah” dalam puisi tersebut kita akan mengupas sedikit kritik tentang bentuk puisi dengan baik dan tidak lupa menyangkutpautkan dengan kehidupan saat ini. Sebelum mengupas tuntas makna dalam setiap bait puisi tersebut, puisi ini terdiri dari tiga bait yang membahas tentang sebuah ulama yang tidak pernah meminta jatah.  Agar tidak membuat penasaran, yuk langsung kita kupas setiap baitnya. Bait pertama: Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia Panutan para kawula dari awal kisah Ia adalah cagak yang tegak Tak pernah silau oleh gebyar dunia Tak pernah ngiler oleh umpan penguasa Tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah Tak pernah getar oleh gertak sejuta tombak Tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja   Dapat diartikan bahwa bait pertama sering kali dihubungkan dengan   berbagai hal, dalam   bait pertama ini m

Puisi “Ulama Durna Ngesot Ke Istana” karya M. Shoim Anwar

  Kritik Puisi “Ulama Durna Ngesot Ke Istana” karya M. Shoim Anwar   Puisi selalu menggungkapkan semua keresahan yang menceritakan semua perjalanan seorang penulis kemudian dituangkan dalam sebuah bait-bait puisi dengan diksi yang indah. Makna dalam puisi tersebut terdapat keanehan dalam penyalagunaan gelar untuk kepentingan pribadi. Sebuah tokoh yang menceritakan suatu ulama yang menggandaikan gelarnya kepada pemerintahan demi keuntungan dan kepentingan salah satu pihak. Berdasarkan bentuknya puisi tersebut terdiri dari empat bait, yang diawali dengan kata “lihatlah” dan rima yang cukup seragam yakni “a” dan “h”.  Berikut uraian makna dalam tiap bait: Dalam bait pertama terdapat tokoh ulama Durna yang sedang menjilat agar mendapatkan keuntungan dalam kekuasaan yang dianggap penting untuk menyombongkan diri. Dalam puisis tersebut juga menyuguhkan beberapa diksiyang membuat suatu kebernaran sehingga memiliki tingkah laku dianggap benar. Uraian makna terdapat pada bait pertama. D

Jingga Merindu

Tetap dipohon ini Aku masih tetap disini Ketika senja mulai pergi Tapi aku enggan untuk   pergi   Berharap engkau akan kembali Dengan sejuta impianmu Angin mulai membisikanku Angin pun mulai mengusirku   Dibawah pohon ini Aku mulai merindu Meski dalam kesunyian ini Aku masih ingat kepergianmu Kekasih. . . Karya: Ihda Ayu Anniza

Kritik sebuah Puisi “DURSASANA PELIHARAAN NEGARA” Karya M. Shoim Anwar

  Makna Puisi “DURSASANA PELIHARAAN NEGARA” Karya M. Shoim Anwar   Untaian diksi puisi M. Shoim Anwar dengan judul “Dursasana Peliharaan Negara” yang menceritakan bahwa peranan seorang Dursasana di dalam suatu negara seperti tokoh antagonis yang seperti sengaja dimasukkan dalam negara secara sembunyi-sembunyi untuk membuat negara tersebut menjadi gaduh. Diam-diam dengan strategi Dursasana yang sangat cerdas membuat kericuhan saat para rakyat mengaspirasikan semua pendapat untuk petinggi negara tetapi, semuanya menjadi gaduh ketika Dursasana membuat aduh domba. Kemudian Dursasana diberikan kekuasaan oleh negara dan akhirnya dia bisa menguasai pemerintahan lalu dia berusaha mengadu domba dengan ocehan-ocehan yang keluar dari mulutnya. Secara tidak langsung para petinggi negara menggunakan jasa Dursasana untuk merendahkan para rakyat dalam negara tersebut. Dursasana juga berlagak tidak mengetahui apa-apa tetapi di balik semuanya dialah yang menjadi dalang.   Kelebihan dan Kek